Makalah Teori Efek Komunikasi Massa



KATA PENGANTAR


Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT Yg Telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan kemampuan dan kekuatan kepada penulis untuk dapat menyelesainkan tugas ini.
Dalam menyelesaian tugas penulis berusaha semaksimal mungkin agar tulisan ini dapat mencapai kesempurnaan, namun sebagai hambah Allah SWT yang menyadari sepenuhnya atas segala kekurangan, kehilafan dan kesalahan. Olehnya itu, penulis menerima kritikan dan saran dari semua pihak dalam penyempurnaan tugas ini. Semoga apa yang terdapat dalam penulisan tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca utamanya bagi kami sendiri dalam pengembangan pengetahuan di masa yang akan datang dan segalanya bernilai ibadah disisi Allah SWT, Amin.


                                                                       
                                                           
   Gorontalo,  15  November  2016
                                                                              
                                        Penulis





DAFTAR ISI








BAB I

PENDAHULUAN


zaman terus berkembang dimana manusia semakin kritis dan perkembangan teknologi tidak bisa dan tidak boleh dihentikan. Informasi semakin mudah diciptakan dan didapatkan karena perkembangan media massa yang sedemikian pesat                                                                     Perkembangan teknologi telah membawa kita pada era komunikasi massa sejak ditemukannya mesin cetak Guttenberg yang memungkinkan diproduksinya buku-buku secara massal sampai mencapai puncaknya setelah ditemukannya internet. Penemuan Guttenberg mendorong terbitnya surat kabar pertama. Setelah revolusi industri dan teknologi, listrik yang memacu energi pabrik dan transportasi, melandasi muncul dan berkembangnya radio, film, dan televisi yang pada perkembangan selanjutnya menciptakan teknologi informasi yang multimedia seperti jaringan internet.
           Sejak tahun 1964 komunikasi massa telah mencapai publik dunia secara langsung dan serentak. Melalui satelit komunikasi sekarang ini kita dimungkinkan untuk menyampaikan informasi (pesan) berupa data, gambar, maupun suara kepada jutaan manusia di seluruh dunia secara serentak. Perkembangan teknologi komunikasi/informasi yang bergerak cepat membawa kita menuju era masyarakat informasi, dimana hampir segala aspek kehidupan dipengaruhi oleh keberadaan media yang semakin jauh memasuki ruang kehidupan manusia.
          Wilbur Schramm menyatakan bahwa luas sempitnya ruang kehidupan seseorang, yang awalnya ditentukan pada kemampuan baca tulis, selanjutnya ditentukan oleh seberapa banyak ia bergaul dengan media massa.





1.      Apa yg di Maksud dengan Komunikasi Masa?
2.      Teori Efek  Komunikasi Massa ?






1.      Untuk mengetahui apa itu komunikasi masa
2.      untuk mengetahui teori efek komunikasi massa











BAB II

PEMBAHASAN


2.1  Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi massa (mass communication) juga bisa disebut sebagai komunikasi media massa (mass media communication). Maka dari itu, komunikasi massa jelas berarti sebuah cara berkomunikasi atau penyampaian informasi yang dilakukan melalui media massa (communicating with media). Ciri khas dari komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada orang banyak atau masyarakat luas melalui perantara media massa. Jika mendengar kata massa, maka kita dapat mengartikan dengan hal yang berkaitan dengan kata jamak, massive, serta dalam jumlah yang sangat banyak. Defisini komunikasi massa yang paling umum adalah cara penyampaian pesan yang sama, kepada sejumlah besar orang, dan dalam waktu yang serempak melalui media massa. Komunikasi massa dapat dilakukan melalui keseluruhan media massa yang ada, yaitu media cetak, media elektronik, serta media online. Tidak ada batasan media dalam penggunaan komunikasi massa ini.
Sebuah pesan yang disampaikan kepada satu orang, akan memiliki dampak yang berbeda apabila pesan tersebut disampaikan langsung kepada banyak orang di waktu yang bersamaan. Selain manfaat waktu dan tenaga, komunikasi massa memiliki dampak positif keuntungan yang cukup besar lainnya. Komunikasi massa bahkan mampu menggerakkan sebuah massa atau sejumlah besar orang dan komunitas untuk melakukan suatu hal yang diharapkan melalui sebuah pesan. Komunikasi massa adalah jenis kekuatan sosial yang mampu mengarahkan masyarakat dan organisasi media untuk mencapai sebuah tujuan yang telah ditetapkan, seperti contohnya adalah tujuan sosial.

Komunikasi massa mampu menyebarkan pesan secara publik secara hampir bersamaan bahkan hanya dalam satu kali penyampaian informasi. Komunikasi massa ini disampaikan secara terbuka kepada masyarakat heterogen yang jangkauannya relatif lebih besar. Komunikasi massa berperan sebagai cara yang efektif untuk menyampaikan informasi antara pihak yang ingin menyampaikan informasi, dengan pihak yang ingin diberikan informasi. Baik komunikasi bagi perorangan atau individu, komunikasi kelompok, maupun fungsi utamanya sebagai komunikasi bagi masyarakat luas.


2.2  Teori Efek Komunikasi Massa


Kerangka teori adalah uraian tentang dasar teori atau model yang digunakan sebagai acuan penelitian. Kerangka teori dimaksudkan untuk memberi batasan-batasan tentang teori-teori yang akan digunakan sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan.                                                                                              Menurut Schramm dan Roberts (dalam Jalaludin, 1994: 218), beranggapan bahwa efek hanya “perubahan perilaku manusia yang setelah diterpa media pesan media massa”. Karena fokusnya pesan maka efek haruslah berkaitan dengan pesan yang diisampaikan media massa. Sedangkan menurut Steven M Chaffee (dalam Wilhoit dan Harold De Bock, 1980:70) untuk melihat efek media massa, adalah membatasi efek hanya selama berkaitan dengan pesan media akan mengesampingkan banyak sekali pengaruh media massa, kita cenderung melihat efek media massa baik yang berkaitan dengan pesan maupun dengan media itu sendiri.              
                       

                                   
          Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu efek melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan  psikologis. Mengenai efek komunikasi ini telah disinggung dimuka, yakni diklasifikasikan sebagai efek kognitif (Cognitive Effect) tidak efektif (Affective Effect) atau efek konatif yang sering disebut efek behavioral (Behavioral Effect)
·         Efk kognitif berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas.

·         Efek efektif berkaitan dengan perasaan, akibat dari membaca surat kabar atau majalah, mendengarkan radio, menonton acara televisi, atau film bioskop, timbul perasaan tertentu pada khalayak. perasaaan akibat terpaan media massa itu bisa bermacam-macam, senang sehingga tertawa terbahak-bahak, sedih sehingga mencucurkan ait mata, takut sampai merinding dan lain-lain perasaan yang hanya bergejolak dalam hati, misalnya perasaan marah, benci, kesal, kecewa, penasaran, sayang, gemas, sinis, kecul dan sebagainya


·         Efek konatif bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha, yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Karena berbentuk perilaku, maka sebagaimana disinggung di atas efek konatif sering disebut juga efek behavioral.





2.1.1   Uses And Grafitication


Pertama kali dikemukakan oleh Elihu Katz pada tahun 1959. Adanya teori ini diawali dari dari pernyataan Katz pada sebuah artikel untuk menanggapi apa yang dikatakan oleh Bernard Berelson. Pada saat itu, Bernard menyatakan bahwa komunikasi akan mati, namun Katz menganggap pernyataan itu tidak benar karena yang sedang dalam kondisi tidak baik adalah komunikasi massa, karena pada saat itu komunikasi massa hanya dianggap sebagai sebuah persuasi. Salah satu dari teori komunikasi massa yang populer dan serimg diguankan sebagai kerangka teori dalam mengkaji realitas komunikasi massa adalah uses and gratifications. Pendekatan uses and gratification ditujukan untuk menggambarkan proses penerimaan dalam komunikasi massa dan menjelaskan penggunaan media oleh individu atau agregasi individu.

Contoh kasus :

a.       Adanya pembagian jam tayang terhadap para pemilik media untuk mengaturnya sedemikian rupa sesuai dengan peraturan yang telah dibuat. Contohnya tayangan dewasa harus tayang di atas pukul 22.00 malam waktu yang sesuai untuk menghindari penonton anak-anak.






2.1.2  Spiral Of Sience


Teori spiral of silence dikemukakan pertama kali oleh Elizabeth Noelle-Neuman seorang sosiolog Jerman pada tahun 1974. Teori ini berkaitan dengan pertanyaan mengenai terbentuknya pendapat umum. Teori spiral of silence atau juga disebut spiral kebisuan ini menjelaskan bahwa jawaban dari pertanyaan tersebut terletak dalam suatu proses saling mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antarpribadi, dan persepsi individu atas pendapatnya sendiri dalam hubungannya dengan pendapat orang lain dalam masyarakat (Burhan Bungin, 2014 : 288). Berdasar dari asumsi bahwa “pendapat pribadi sangat tergantung pada apa yang dipikirkan oleh orang lain atau atas apa yang orang rasakan sebagai pendapat dari orang lain”, teori ini menjelaskan pada umumnya orang berusaha mempelajari lingkungannya untuk menghindari isolasi dan kesendirian. Pandangan dominan dan tidak dominan akan membentuk perilaku seseorang menjadi percaya diri ataupun minder dari pergaulannya.

Contoh kasus :
a.       Media memberitakan kasus seorang artis yang menghina lambang negara dan justru dijadikan Duta Pancasila sehingga menyebabkan keributan di media  dan kalangan masyarakat yang tidak menyetujuinya. Padahal berita ini memang tidak benar, tetapi pemberitaan sudah terlanjur disebar dan menjadi pembicaraan di masyarakat.
.



2.1.3  Agenda Setting


Teori agenda setting diciptakan oleh Maxwell McCombs dan Donald Shaw (1972-1993), untuk menjelaskan gejala atau fenomena kegiatan kampanye pemilihan umum (pemilu). McCombs dan Shaw tidak menyatakan media secara sengaja berupaya mempengaruhi publik, tetapi publik melihat kepada para profesional yang bekerja di media massa untuk meminta petunjuk media mana mereka harus memfokuskan perhatiannya. Apa yang diketahui publik mengenai suatu keadaan pada waktu tetentu sebagian besar telah ditentukan melalui proses penyaringan dan pemulihan berita media massa. Agenda setting dibagi ke dalam dua level :
·         upaya membangun isu umum yang dinilai penting
·         menentukan bagian-bagian atau aspek-aspek dari isu umum tersebut yang dinilai penting, Asumsi dasar teori agenda setting adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untk menganggapnya penting Jadi, apa yang dianggap penting dan menjadi topik utama media maka masyarakat juga akan menganggap berita itu penting.
Contoh kasus :
a.       Sudah berbulan-bulan kasus pembunuhan Mirna oleh terduga Jessica diusut dan memalui sidang penyelidikan yang sangat panjang dan berlarut-larut bahkan seringkali diberitakan secara live padahal kenyataannya kasus tersebut tidak mempengaruhi negara dalam bidang apapun, kecuali rasa simpati masyarakat. Tetapi tidak dipungkiri bahwa masyarakat akhirnya sering mengikuti kasus tersebut dan tidak ingin ketinggalan berita.

2.1.4  Stimulus Respon


Pada tahun 1970, Melvin DeFleur melakukan modifikasi terhadap teori Stimulus-Respons dengan teorinya  yang dikenal sebagai perbedaan individu  dalam komunikasi massa (Individual differences). Disini diasumsikan, bahwa pesan-pesan media berisi stimulus tertentu yang berinteraksi secara berbeda-beda dengan karakteristik pribadi dari para anggota (audience). Teori DeFleur ini secara eksplisit telah mengakui adanya intervensi variabel-variabel psikologis yang berinteraksi dengan terpaan media massa dalam menghasilkan efek. Esensi dari model ini fokusnya dengan individu sebagai penerima pesan dari asumsi sebab akibat, dan mendasarkan pada perubahan sikap sebagai ukuran bagi perubahan perilaku
Teori Stimulus Respon ini pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dari teori ini adalah:                                                                                                             (a) pesan (Stimulus)                                                                                         (b) seorang penerima atau receiver (organisme)                                           (c) efek (Respon).
Prinsip stimulus respon ini merupakan dasar dari teori jarum hipodermik, teori klasik mengenai proses terjadinya efek media massa yang sangat berpengaruh. Seperti yang telah dijelaskan diatas, teori jarum hipodermik memandang bahwa sebuah pemberitaan media massa diibaratkan sebagai obat yang disuntikkan ke dalam pembuluh darah audience, yang kemudian audience akan bereaksi seperti yang diharapkan. Dalam masyarakat massa, dimana prinsip Stimulus-Respons mengasumsikan bahwa pesan informasi dipersiapkan oleh media dan didistribusikan secara sistematis dan dalam keadaan luas. Sehingga diterima oleh jumlah besar individu, buka ditujukan pada orang per orang dan memaksimalkan jumlah penerima dan Respons oleh Audience, sekaligus meningkatkanrespons oleh audience.

2.1.5  Information Seeking


Menurut Donohew dan Tipton (1973), Information Seeking menjelaskan tentang pencarian, penginderaan, dan pemrosesan informasi, disebut memiliki akar dari pemikiran psikologi sosial tentang sikap. Salah satu asumsi utamanya adalah bahwa orang cenderung untuk menghindari informasi yang tidak sesuai dengan image of reality-nya karena informasi itu bisa saja membahayakan.
Information seeking adalah proses atau kegiatan yang mencoba untuk mendapatkan informasi dan teknologi baik dalam konteks manusia. Mencari informasi berkaitan dengan, tetapi belum berbeda, pengambilan informasi (IR). information seeking juga diartikan sebagai upaya menemukan informasi secara umum, dan information searching adalah aktivitas khusus mencari informasi tertentu yang sedikit-banyaknya sudah lebih terencana dan terarah.
Dalam istilah sederhana, information seeking melibatkan pencarian, pengambilan, pengakuan, dan penerapan isi yang maknawi. Pencarian ini bisa eksplisit atau implisit, pencarian mungkin hasil dari strategi khusus atau kebetulan, informasi yang dihasilkan mungkin akan dipeluk atau ditolak, seluruh pengalaman dapat dilakukan melalui suatu kesimpulan logis atau dihentikan di tengah jalan, dan mungkin ada juta potensi hasil lainnya.








Teori komunikasi Harold Lasswell merupakan teori komunikasi awal (1948). Lasswell menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan : Who, Says What, In Which Channel, To Whom, With What Effect (Siapa Mengatakan Apa Melalui Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa). Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik (paradigmatic question) Lasswell itu merupakan unsur-unsur proses komunikasi, yaitu Communicator (Komunikator), Message (Pesan), Media (Media), Receiver (Komunikan/Penerima), dan Effect (Efek). Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah pesan yang disampaikan kepada komunikan (penerima) dari komunikator (sumber) melalui saluran-saluran tertentu baik secara langsung/tidak langsung dengan maksud memberikan dampak/effect kepada komunikan sesuai dengan yang diingikan komunikator. Yang memenuhi 5 unsur tersebut.
Paradigma komunikasi Lasswell mengisyaratkan:                              Komunikasi harus memiliki efek, yakni terjadinya perubahan perilaku audience, adalah :
  • Terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan (kognitif)
  • Terjadinya perubahan pada tingkat emosi/perasaan (afektif)
  • Terjadinya perubahan pada tingkat tingkah laku (psikomotor)
Contoh kasus :
Rusli Habibie (siapa). Berbicara mengenai perubahan yang harus dilakukan pemimpin daerah untuk kemajuan daerahnya (apa). Melalui kampanye yang disiarkan melalui Televisi (saluran), kepada khalayak atau masyarakat (kepada siapa) dengan pengaruh yang terjadi khalayak mendapat pesan terhadap calon Gubernur memilihnya atau tidak memilihnya (efek).

BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan


Komunikasi massa adalah efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi.
Karena efek kognitif  juga berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa tidak jelas.
Dengan demikian seseorang dapat menjelaskan suatu kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaksi. Seperti yang telah dijelaskan diatas, teori jarum hipodermik memandang bahwa sebuah  pemberitaan media massa diibaratkan sebagai obat yang disuntikkan kedalam pembuluh darah audience, yang kemudian audience akan bereaksi seperti yang diharapkan.


3.2  Saran


Untuk para pembaca semoga dengan penjelasan yang ada dalam makalah Semoga para pembaca mengetahui Teori efek komunikasi massa, dengan harapan semoga apa yang ditimbulkan akibat efek komunikasi massa terhadap masyarakat tidak akan menjerumuskan kita ke dalam jurang khayalan dan dunia maya.

 



DAFTAR PUSTAKA



Prof. Onong Uchjana Efendy, M.A., Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993)

Bungin, Burhan. 2014. Sosiologi Komunikasi. Jakarta : KENCANA.
Morissan. 2014. Teori Komunikasi Individu hingga Massa. Jakarta : KENCANA.
Daryanto dan Muljo Rahardjo. 2016. Teori Komunikasi. Yogyakarta : Gava Media.

0 Response to "Makalah Teori Efek Komunikasi Massa"

Posting Komentar