By : Denny Irawan
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT Yg Telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan kemampuan dan kekuatan
kepada penulis untuk dapat menyelesainkan tugas ini.
Dalam
menyelesaian tugas penulis berusaha semaksimal mungkin agar tulisan ini dapat
mencapai kesempurnaan, namun sebagai hambah Allah SWT yang menyadari sepenuhnya
atas segala kekurangan, kehilafan dan kesalahan.Olehnya itu, penulis menerima
kritikan dan saran dari semua pihak dalam penyempurnaan tugas ini. Semoga apa
yang terdapat dalam penulisan tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca utamanya
bagi kami sendiri dalam pengembangan pengetahuan di masa yang akan datang dan
segalanya bernilai ibadah disisi Allah SWT, Amin.
Gorontalo, 8 Mei
2017
Denny
Irawan
Penulis
BAB 1
PENDAHALUAN
1.1 Latar Belakang
Wanita
Atau perempuan merupakan mahluk Istimewa di antara mahluk lainya, setidaknya
begitulah pandangan dari kaum Pria. Keistimewaan wanita dapat di lihat dari
berbagai aspek yang bias di bilang cukup unik di antaranya yaitu : kelembutan,
keibuan, manja dan sifat-sifat lainya yang yang terkadang sulit untuk di tebak.
Komunikasi
memang tidaklah bias lepas dari aspek budaya
( Cultural ). Teori komunikasi yang di hasilkan dari penelitian dalam
suatu budaya, belum tentu bekerja secara efektif apabila di terapkan dalam
suatu budaya yang lain atau berbeda.
Sebagaimana
di ungkapkan di atas bahwa wanita di anggap sebagai mahluk istimewa, maka
berbagai penelitian atau kajian di lakukan guna untuk mengembangkan atau
menciptakan suatu teori tengtang wanita
( Women’s Studies ), seperti sejarah pergerakan wanita, sosiologi wanita,
psikologi wanita, komunikasi wanita, dan sebagainya. Banyak disertasi di tulis
dan jurnal di publikasikan sebagai hasil penelitian tentang wanita.
Menurut
Dedy Mulyana ( 1999:22) di barat khususnya, banyak Univeritas yang mempunyai
kajian tentang wanita, jumlah kajian wanita termaksud prilaku komunikasi mereka
dalam hal ini perbedaan dengan prilaku komunikasi pria. Di Amerika Serikat
sendiri cukup melimpah berbagai pemikiran tentan Wanita misalnya : Lakoff
(1975), Nelson (1981), Leone dan O’Neill (1983), Sargent (1984), Pearson
(1985), Terutama sejak peranan Wanita meningkat signifikan akibat dari
pergerakan wanita pada tahun 1960-an.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Fungsi Bahasa Dalam Komunikasi ?
2. Bagaimana Bahasa Verbal Wanita ?
3. Bagaimana Bahasa Non Verbal Wanita ?
4. Beberapa Masalah Komunikaasi Verbal ?
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui Fungsin bahasal dalam komunikasi
2. Dapat mengetahui bahasa verbal wanita
3. Dapat mengetahui bahasa noo verbal wanita
4. Dapat mengetahui masalah bahasa verbal wanita
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Fungsi Bahasa dalam Komunikasi
Keberadaan
bahasa dalam kehidupan manusia tidak dapat di anggap berada dalam suatu ruang
Hampa. Bahasa merupakan wahana komunikasi utama manusia.
Menurut
Adiwoso ( 1989:61) dalam arti yang luas, bahasa memiliki dua ciri utama
1. Bahasa digunakan dalam proses transmisi pesan
2. Bahasa merupakan yang menggunakanya ditentukan
bersama oleh warga suatu kelompok atau masyarakat.
Maka
bahasa disebut berdimensi social. Ini berarti, bahasa merupakan suatu aspek
kegiatan kehidupan social manusia. Secara sosiolinguistik, kedua ciri bahasa
ini berhubungan. Suatu tuturan yang di ucap seseorang bukan suatu hasil yang
bersifat semena-mena, atas dasar pilihan individuatau manifestasi dari keadaan
psikologis dir seseorang.
Tuturan
memiliki pola yang mencerminkan berbagai ketentuan yang mendasari suatu system
hubungan social. Artinya, pola tuturan atau kegiatan komunikasi wanita pun tergantung atau di
pengaruhi oleh kultur dalam hal ini dimana mereka berada.
Bahasa
sebagai aoat komunikasi ( baik lisan maupun tulisan ) mempunyai fungsi-fungsi
yang dapat di pahami penuturnya atau di pahami oleh para penuturnya.
Menurut
Arnold dan Hirch dalam Liliweri (1994:15) ada empat fungsibahasa yang utama
yaitu
1. Identitas
2. Wahana Intraksi Sosial
3. Katarsis
4. Manipulasi
Bahasa
sebagai pengenal, kita mengatakan bahwa atau orang tulisan yang sedang di
hadapi adalah bahasa yang telah kita kenal.
Bahasa
sebagai wahana intraksi social, manusia mempunyai naluri hidup bersama dan
berintraksi social dengan orang lain. Jadi kita memerlukan bahasa sebagai
jembatan untuk hidup bersosial atau berintraksi.
Bahasa
sebagai wahan katarsis, katarsis merupakan konsep dalam psikologi yang
menjelaskan proses pembebasan manuasia dari setiap tekanan. Orang dapat
membebaskan diri dari beban lahir dan batin karena ia memilih ‘kata’ yang tepat
untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya.
Bahasa
sebagai alat yang bersifat memanipulatif terlihat dalam fungsi-fungsinya, dalam
hai ini bahasa merupakan alat manipulasi karena ia menganjurkan orang untuk
mengubah prilakunya.
2.2 Bahasa Verbal Wanita
Menurut
Dedi Mulyana (2012:261) Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyataka isi
pikiran, perasaan, dan maksud kita. Bahasa verbsl menggunsksn kata-kata yang
merepresentasikan berbagai aspek realitas individual kita.
Simbol
atau Pesan vernal adalah sumua jenis symbol yang menggunakan satu kata atau
lebih. Hampir semuaransangan bicara kita sadari termaksud kedalam kategori
verbal di sengaja yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk
berhubungan dengan orang lain secara verbal. Komunikasi verbal ditandai dengan
ciri-ciri sebagai berikut
·
Disampaikan
secara lisan atau tulisan
·
Proses
komunikasi cenderung dua arah
·
Kualitas
komunikasi seringkali ditentukan oleh komunikasi verbal
Dari
hasi pengamatan sepintas mengenai sosialisasi wanita di tengah masyarakat telah
menghasilkan berbagai streotip tentang prilaku komunikasi mereka, misalnya
berbicar lebih sopan dari pada pria, pembicaraan mereka tidak tegas, lebih
sering bergosipdari pada pria, bertele-tele, lebih emosional, dan lebih
terperinci.
Hasil
introspeksi dan observasi Robin Lakoff (1975) dalam Mulyana (1999:23), bahwa wanita
mempunyai bahasa tersendiri dengan ciri-ciri sebagai berikut :
·
Kosakata khusus
yang berkaitan dengan minat mereka
·
Kata sifat yang
hambar ( empty adjectives)
·
Kalimat-kalimat
dengan menggunakan ekor Tanya ( tag questions)
·
Kata-kata
penguat ( intensifier)
·
Frase yang
melemahkan
·
Tata bahasa dan
ucapan yang hiperkorek ( Resmi )
·
Frase-frase yang
sopan
·
Kutipan langsung
·
Intonasi
pertanyaan dalam konteks deklaratis
·
Kurang rasa
humor
Beberapa
penelitian juga membenarkan bahwa adanya apsek bahasa wanita. Misalnya Julie
Mcmillen et.al ( 1977 ) dalam Mulyana (1999:24 ) meneliti barbagai kelompok
orang masing-masing terdiri dari lima hingga tujuh orang. Ternyata, semua
kelompok wanita menggunakan kata-kata penguat enam kali lebih banyak dari pada
pria. Mc Millan menemukan bahwa dalam situasi-situasi komunikasi yang
sebenarnya, wanita memeakai tag question.
2.3 Bahasa Non Verbal Wanita
Menurut
Larry A. Samover dan Richard E. Poter dalam Mulyana ( 2012:343 ) komunikasi non
verbal adalah Mencayangkup semua ransangan kecuali ransangan verbal dalam suatu
seting komunkasi, yang di hasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh
individu, yang mempunyai pesan yang potensial atau komunikasi secara
keseluruhan.
Berbagai
kajian dan penelitian telah di lakukan untuk membandinfkan prilaku komunikasi
non verbal wanita dengan prilaku non verbal pria. Mehrabian (19670 dalam
Mulyana (1999;25) menyatakan bahwa wanita lrbih unggul dari pada pri dalam
mengekspretasikan kekuatan, kecintaan, kemarahan, dan kebahagiaan. Buck et, al.
(1974) Mengemukakan bahwa wanita dewasa menampilkan wajah lebih ekspresif dan
merupakan komunikator non verbal yang lebih cermat dari pada seorang pria
dewasa.
Wanita
lebih banyak melakukan kontak mata dari pada pria. Kelompok-kelompok wanita
lebih sering dan lama menggunakan kontak mata dengan sesamanya dari pada
kelompok pria. Terlepas dari jenis kelamin, wanita menggunakan lebih banyak
waktu untuk melihat teman bicaranya dari pada pria.
Roshental
Woolfolk et, al. (1997) temuan penelitianya menyimpukna bahwa wanita lebih baik
dari pada pria dalam mendeteksi isyarat-isyarat non verbal. Lebih jelasnya
dalam 77% studi, wanita lebih unggul dalam menilai pesan-pesan yang di
komunkasikan melaui ekspresi wajah,
gerakan tubuh, dan nada suara. Jadi wanita mahir dalam mengirim dan menetima
isyarat-isyarat non verbal, mereka lebih di anggap emosional dan kurang dalam
hal mengendalikan diri. Disamping itu prilaku-prilaku wanita sering
dianggap diam-diam menyetujui atau
bahkan submisif.
2.4 Masalah Komunikasi Verbal
Semuakomunikasi dapat
dilihat dalam proses pertukaran pesan dari sipengirim dan penerima. Yang paling
menentukan adalah bagaimana pesan ( verbal-non verbal ) karena yang di
pindahkan adalah pesan bukan makna.
Berger dan Bradac
(1982) dalam Liliweri (1989:80) mengemukakan bahwa ada beberapa masalah dalam
komunikasi verbal yaitu :
1.
Polarisasi
2.
Orientasi
3.
Kebingungan
dalam mengumpulkan fakta
4.
Prinsip
kesemuaan
5.
Evaluasi yang
statis
6.
Indiskriminasi
Pendekatan yang
dilakuakn untuk menjelaskan permasalah verbal, menurut Abdullah (1995:5)
dilakukan dengan melihat :
·
pada akar social
budaya dimana ketimpangan gander itu tersusun, menjadi suatu realitas objektif
·
proses pemberian
makna dan pemeliharaan ketimpangan itu secara terus-menerus
·
integrasi
pasar yang memiliki peran penting dalam
proses segmentasi yang kemudian menempatkan wanita pada segmen tertentu dan
laki-laki pada segmen yang lain.
Menurut Fakih (1999:15), Marginalisasi peermpuan
tidak saja terjadi di tempat kpekerjaan, tetapi terjadi juga dlam rumah tangga,
masyarakat atau kultur dan bahkan Negara.Marginalisasi terhadap perempuan
terjadi sejak di rumah tangga dalam bentuk diskriminalisasi atas anggota
keluarga yang laki-laki dan perempuan. Marginalisasi juga diperkuat oleh adat
istiadat maupun tafsir keagamaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari
hasi pengamatan sepintas mengenai sosialisasi wanita di tengah masyarakat telah
menghasilkan berbagai streotip tentang prilaku komunikasi mereka, misalnya
berbicar lebih sopan dari pada pria, pembicaraan mereka tidak tegas, lebih
sering bergosipdari pada pria, bertele-tele, lebih emosional, dan lebih
terperinci dan Wanita lebih banyak
melakukan kontak mata dari pada pria. Kelompok-kelompok wanita lebih sering dan
lama menggunakan kontak mata dengan sesamanya dari pada kelompok pria. Terlepas
dari jenis kelamin, wanita menggunakan lebih banyak waktu untuk melihat teman
bicaranya dari pada pria.
3.2 Saran
Untuk
para pembaca
semoga dengan penjelasan yang ada dalam makalah ini, para pembaca bisa mengetahui bahwa selain Marginalisasi
peermpuan yang sering terjadi seperti yang di jelaskan di atas kita perlu tau
juga bahwa wanita lebih hebat atau efektif dalam melakukan bahasa non verbal
dari pada laki-laki.
0 Response to "Bahasa Dan Tradisi Wanita dalam Berkomunikasi"
Posting Komentar